Kamis, 08 November 2012

PERANG GERILYA DAN SERANGAN UMUM 1 MARET 1949


Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada tanggal18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini pimpinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir dan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi.


Jend. Sudirman di tandu pasukannya saat memimpin p.gerilya
       Setelah penyerangan Yogyakarta yang dilakukan oleh Belanda. Sudirman yang waktu itu baru saja   keluar dari rumah sakit Panti Rapih setelah menjalani perawatan setelah mendengar adanya serangan Belanda, Jend. Sudirman sepakat dengan anggota TNI untuk meninggalkan kota demi melancarkan perang gerilya, beberapa tokoh militer yang ikut serta dalam membantu terlaksanya perang gerilya antara lain, Kolonel Gatot Subroto, T.B Simatupag, A.H Nasution,Sarbini, Suparjo Rustam, dan Cokropranolo. Jend. Sudirman memimpin perang gerilya dari tempat satu ke tempat lain ia juga memerintahkan untuk membumihanguskan bangunan-bangunan penting dan jembatan yang di sekiranya di gunakan oleh belanda. Mengahadapi perang gerilya itu Belanda cukup kebingungan namun Belanda terus menindas rakyat Indonesia dan melakukan propaganda bahwa Negara RI tidak ada, mengahadapi propaganda tersebut Sri Sultan dan Letkol Suharto melancarkan serangan terhadap belanda dan akhirnya kota Yogyakarta dapat di duduki kembali oleh TNI namun keberhasilan itu hanya bertahan selama 6 jam. Panglima Jend. Sudirman yang terus melakukan gerilyanya. Jenderal Soedirman dan pasukan melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan, Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo (memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal 10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi fisik yang lemah Jenderal Soedirman terus dan terus berjuang tanpa kenal menyerah. 

Rute Gerilya Jend. Sudirman.


Catatan :

  • Membumihanguskan : politik yang di gunakan oleh pemerintah dengan membakar seluruh fasilitas penting yang ada di daerah tersebut agar tidak jatuh ketangan penjajah.
 
  • Tempat-tempat yang dilalui oleh jend. Sudirman dikenal dengan rute gerilya Panglima Besar Jendral Sudirman.

2 komentar: